SABAKOTA.ID TEMANGGUNG – Permasalahan yang dialami para petani hingga saat ini belum tertangani dengan baik, oleh sebab itu tingkat kesejahteraan petani saat ini belum memberikan jaminan masa depan yang baik.
Berbagai inovasi dalam bidang pertanian perlu terus digali agar mampu mempercepat peningkatan kesejahteraan para petaninya. Diantaranya dengan menekan sekecil mungkin biaya produksi sehingga pertanian menjadi efisien.
Hal itu mengemuka dalam diskusi para kelompok tani, hari ini Minggu (31/7/2022) bertempat di Desa Gandon kecamatan Kajoran Kabupaten Temanggung. Diskusi difasilitasi oleh Suhu Phusan dari Wali Umat Budha Indonesia (Walubi) dengan dihadiri oleh Wakil Bupati Temanggung Drs. R. Heru Ibnu Wibowo, para kelompok tani dan para narasumber.
Bertindak sebagai narasumber adalah Kris Hartoyo dari Eco Enzym Nusantara Jawa Tengah dan Ahmad Saleh dari Gabungan Tani Organik Sawangan (Gatos) Kabupaten Magelang.
Pada sambutannya, Wakil Bupati Temanggung mengungkapkan bahwa sebagai daerah agraris, Kabupaten Temanggung sangat berkomitmen untuk memajukan sektor pertanian sekaligus menyejahterakan para petaninya. Oleh sebab itu perlu dukungan banyak pihak.
Wakil Bupati sangat mengharapkan banyak prakarsa atau inovasi yang bisa dijadikan sebagai alat pengungkit kemajuan pertanian. Oleh sebab itu dirinya sangat mendukung diskusi itu.
“Saya punya harapan besar agar diskusi hari ini akan menghasilkan solusi tepat dalam rangka memajukan sektor pertanian dan kesejahteraan petani di Kabupaten Temanggung, terlebih dalam rangka pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19,” kata Wibowo, panggilan akrabnya.
Sementara itu Ahmad Saleh, Ketua Gatos, pada kesempatan itu menyampaikan proses pengembangan pertanian organik, khususnya untuk padi. Dikatakan oleh Saleh bahwa pengembangan pertanian organik butuh kesabaran, ketekunan, dan jaminan.
“Pengembangan sistem organik itu butuh waktu panjang, sabar, tekun, dan ada jaminan pasarnya. Gatos telah menjalani itu dan sekarang tertantang untuk memenuhi pesanan beras organik 300 ton/perbulan. Ini tantangan berat, tapi ini jaminan masa depan yang cerah,” kata Saleh yang memiliki 1.200 orang anggota.
Tantangan yang disampaikan oleh Saleh itu terkait dengan potensi ekspor ke beberapa negara ASEAN yang akan difasilitasi oleh Suhu Phusan dari Walubi. Rantai ekspor itu dilakukan melalui jaringan Budhies ASEAN.
Pada kesempatan berikutnya, Kris Hartoyo dari Eco Enzym Nusantara Jawa Tengah menyampaikan inovasi baru berkaitan dengan filisofi back to nature, kembali ke alam. Dikatakan oleh Kris Hartoyo bahwa sistem tanah pertanian saat ini sudah mengalami penurunan kesuburan sebagai dampak penggunaan sarana produksi pertanian (saprotan) yang didominasi oleh bahan kimia. Perubahan ekosistem dan kondisi tanah, berakibat pada penurunan produksi.
“Kondisi tanah itu harus dikembalikan keseimbangannya. Oleh sebab itu pertanian organik menjadi jawaban tepat. Lantas produk eco enzym ini bisa digunakan sebagai pemercepat pemulihan tanahnya,” kata Kris.
Eco enzyme merupakan hasil olahan limbah dapur yang difermentasi dengan menggunakan gula. Limbah dapur yang diolah adalah yang berupa ampas buah dan sayuran. Pada dasarnya, eco enzyme mempercepat reaksi bio-kimia di alam untuk menghasilkan enzim yang berguna menggunakan sampah buah atau sayuran.
Dikatakan Kris Hartoyo, manfaat eco enzim untuk pertanian yaitu sebagai filter udara, herbisida dan pestisida alami, menurunkan asap dalam ruangan, filter air, pupuk alami untuk tanaman dan menurunkan efek rumah kaca. Cara pengaplikasian eco enzim pada lahan sawah sebagai pupuk yaitu dengan menumpahkan eco enzim ke pengairan sawah.
“Di beberapa tempat sudah kami cobakan, mudah-mudahan bisa dicobakan pula di Temanggung,” pungkas Kris Hartoyo.
Para peserta diskusi menyatakan sangat tertarik dengan inovasi baru itu dan berharap agar dilakukan pelatihan pembuatan eco enzym bagi para petani dan ibu rumah tangga.**
Editor: Sarwanto Priadi